Tidak Membeli Barang yang Diinginkan
Namun Yang Dibutuhkan (Tantangan Hari Kedelapan).
Lahir dalam
keluarga yang tidak mengenal literasi keuangan membuat saya dan suami membenahi
diri terutama dalam melawan penyakit satu ini. Yap! Penyakit membeli barang
karena keinginan bukan karena kebutuhan.
Pernah saat saya
membeli camilan kesukaan yang niatnya hanya membeli satu jenis. Kebetulan suami
menunggu di luar. Awalnya memang berniat membeli satu camilan, namun hati dan
pikiran rupanya kalap dengan camilan-camilan lain. Saat mendapati camilan yang
kubeli “beranak”, suami hanya geleng-geleng kepala.
Lain waktu, saat
di pasar. Setelah beberapa barang sudah dibeli untuk kebutuhan sehari-hari, ada
satu sayuran yang terlupa yakni tauge. Seperti biasa, suami yang kurang suka
keramaian seperti di pasar hanya menunggu di pinggir sedangkan saya masuk untuk
membeli tauge. Namun, nyatanya selain tauge, saya juga membeli sayuran lain.
Suami yang melihat hanya geleng-geleng, melihat tauge di plastik berkembang
biak.
Namun rupanya tak
hanya penyakit ini menjangkiti saya, suami saya pun demikian. Terutama dalam
membeli buah dan sayur. Jadi suami saya akan berbinar melihat sayuran hijau,
wortel yang menjingga, atau buah pisang tanduk yang menguning, rambutan yang
memerah, dan lainnya. Suami senang membeli padahal di kulkas buah-buahan atau
sayuran masih tersedia. Tak sedikit.
Untuk mengatasi
“penyakit” ini, saya dan suami melakukan evaluasi. Karena membeli sesuatu yang
diinginkan padahal tidak dibutuhkan lumayan menguras kantong. Kami berdiskusi
dengan solusi saling mengingatkan ketika sedang berbelanja. Meskipun kadang
kami masih melanggar, namun kami terus mencoba untuk konsisten.
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar