Hemat Bukan berarti Pelit (Tantangan
Hari Kesepuluh)
Kegiatan berhemat
bukanlah kegiatan yang mudah, apalagi jika kita sudah terbiasa boros. Berhemat
menjadi kegiatan yag sangat sangat menyiksa. Belum lagi kalau lihat orang lain
bisa melakukan kegiatan dengan uang, meskipun hal tersebut bukan indikasi
kebahagiaan.
Setelah menikah, berhemat
harus dilakukan. Bukan saja mengikuti tuntunan agama untuk tidak
berlebih-lebihan, namun prioritas berubah dengan sendirinya. Dan fokus kami
adalah menabung.
Sebelum menikah
saya sudah dapat menabung meskipun dari uang sisa hasil belanja. Jika sempat
nabung Alhamdulillah, jika tidak ya tidak mengapa. Jadi setelah menikah karena
berhemat, lumayan menyiksalah. Nggak sebebas dan semau sendiri.
Tapi berhemat
bukan berarti pelit. Alih-alih ingin menabung lebih banyak, makan dihemat-hemat
ala kadarnya. Jajan di luar ditiadakan. Nonton film ditiadakan. Membeli
kebutuhan juga dipangkas sana-sini.
Dalam literasi
keuangan dari buku-buku tentang mengelola keuangan yang sempat saya baca.
Pemborosan terjadi karena ketidaktahuan kita tentang pentingnya mengelola
keuangan. Pentingnya menyisakan uang untuk kebutuhan di suatu saat nanti. Namun
menyimpan uang bukan berarti juga menimbun harta.
Balik lagi tentang
berhemat, banyak yang mengidentikkan berhemat dengan pelit. Padahal hemat bukan
berarti pelit.
Dalam KBBI, hemat
diartikan sebagai sikap berhati-hati dalam membelanjakan uang dan sebagainya,
sedangkan pelit dalam KBBI berarti kikir atau tidak mau memberi. Jadi jelas
perbedaan hemat dengan pelit.
Berhemat yang
berarti berhati-hati dalam membelanjakan uang jika dikaitkan dengan tulisan
sebelumnya berarti membelanjakan sesuatu yang benar-benar dibutuhkan bukan
diinginkan. Lantas, ketika kita berazam untuk berhemat apakah tidak boleh makan
di luar atau menonton dalam rangka menghibur diri? Jika itu merupakan sebuah
kebutuhan mengapa tidak. Kaprahnya jadi salah ketika itu dilakukan setiap saat
sedangkan keuangan masih ketar-ketir.
Jadi, tetaplah
berhemat. Saya melakukan itu kini. Bijak dalam menggunakan uang demi uang.
Tidak boros dan memperhatikan (benar-benar memperhatikan) pikiran saat belanja
dan berujar, “Barang ini saya butuhkan atau hanya karena ingin memnuhi hasrat
belanja saya?”. Dan, kegiatan berhemat perlahan-lahan tak lagi menyiksa saya.:)
Dan
saya tetap harus banyak belajar tentang pengelolaan keuangan yang baik. Terimaksih
suami saya yang telah sabar membimbing saya terkait masalah literasi keuangan
ini.
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial